Kamis, 14 Agustus 2014

PERSPEKTIF SOSIOLOGI MENGENAI PERCERAIAN

PERSPEKTIF SOSIOLOGI MENGENAI PERCERAIAN
Pola Pencegahan Terjadinya Perceraian dan Mengatasi Masalah Perkawinan Dalam sistem keluarga goode mengemukakan ada beberapa pola pencegahan terjadinya perceraian: 1. Pola pertama adalah dengan cara merendahkan atau menekan keinginan-keinginan individu tentang apa yang bisa diharapkan dari sebuah perkawinan. 2. Pola kedua adalah dengan cara menanamkan nilai yang tidak mementingkan hubungan kekerabatan daripada hubungan suami-istri dalam
perkawinan. Biasanya pada sistem keluarga yang demikian,anak laki-laki terutama memegang peranan sangat penting. Dialah yang mengendalikan kehidupan keluarga luas. 3. Pola ketiga adalah dengan cara “tidak menganggap penting” sebuah perselisihan. 4. Pola keempat adalah mengajarkan anak-anak dan para remaja untuk mempunyai harapan yang sama terhadap sebuah perkawinan.sehingga dalam perkawinan nanti,seorang suami atau istri dapat berperan sesuai dengan yang diharapkan oleh pasangannya. Distribusi Perceraian Menurut wilayah pemukiman, status sosial-ekonomi,lamanya usia perkawinan, usia saat menikah pertama kali, dan status sebagai orang tua. 1. Distribusi perceraian menurut wilayah 2. Distribusi perceraian menurut status sosial-ekenomi 3. Distribusi perceraian menurut lamanya usia perkawinan 4. Distribusi perceraian menurut status sebagai orang tua 5. Distribusi perceraian menurut usia pada saat menikah pertama kali Sebab-Sebab Perceraian George Levinger pada tahun 1966 menyusun 12 kategori keluhan yang diajukan yaitu: 1. Karena pasangannya sering mengabaikan kewajiban terhadap rumah tangga dan anak,seperti jarang pulang ke rumah,tidak adanya kedekatan emosional dengan anak dan pasangan. 2. Masalah keuangan (tidak cukupnya penghasilan yang diterima untuk menghidupi keluarga dan kebutuhan rumah tangga). 3. Adanya penyiksaan fisik terhadap pasangan. 4. Pasangannya sering berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar serta menyakitkan. 5. Tidak setia,seperti punya kekasih lain,dan seering berzinah dengan orang lain. 6. Ketidakcocokan dalam masalah hubungan seksual dengan pasangannya, seperti adanya keengganan atau sering menolak melakukan senggama,dan tidak bisa memberikan kepuasan. 7. Sering mabuk. 8. Adanya keterlibatan/campur tangandan tekanan sosial dari pihak kerabat pasangannya. 9. Seringnya muncul kecurigaan,kecemburuan serta ketidakpeercayaan dari pasangannya. 10. Berkurangnya perasaan cinta sehingga jarang berkomunikasi, kurangnya perhatian dan kebersamaan diantara pasangan. 11. Adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan sehingga pasangannya menjadi tidak sabar. 12. Kategori lain-lain yang tidak termasuk 11 tipe keluhan diatas. Dari kategori keluhan-keluhan tersebut, para suami menempatkan proporsi tertinggi pada dua macam keluhan yaitu: 1. Adanya campur tangan dan tekanan dari pihak kerabat istri. 2. Masalah ketidakcocokan dalam hubungan seksual. Sedangkan para istri menempatkan proporsi tertinggi pada tiga macam keluhan yaitu: 1. Suami sering melalaikan kewajibanya terhadap rumah tangga dan anak. 2. Suami sering melakukan penyiksaan fisik. 3. Masalah keuangan. Hal yang menarik untuk dicatat dan diperhatikan adalah bahwa perbandingan suami dan istri yang menyatakan faktor ketidaksetiaan pasangannya sebagai penyebab perceraian,sangat kecil dan hampir sebanding yaitu 20%:24%.Peneliti ini juga mengungkapkan bahwa perbedaan kelas sosial juga menunjukkan adanya perbedaan persentase keluhan para istri. Dibandingkan dengan kelas bawah, Para istri kelas menengah menempatkan persentaseterbesar hanya pada 4 dari 11 tipe keluhan yang dijadikan alasan oleh mereka untuk mengajukan perceraian yaitu; 1. Karena suami melalaikan kewajiban terhadap rumah tangga dan anak. 2. Adanya tuntutan yang terlalu berlebihan dari suami. 3. Suami tidak setia. 4. Berkurangnya perasaan cinta dari suami. Namun dikalangan suami, hampir tidak terdapat perbedaan persentase tipe keluhan alasan untuk mengajukan perceraian, menurut kelas sosial yang ada di dalam masyarakat. Dampak Perceraian Terhadap Mantan Pasangan Suami-Istri Masalah utama yang dihadapi oleh mantan pasangan suami-istri setelah perceraian adalah masalah penyesuaian kembali terhadap peranan masing-masing serta hubungan dengan lingkungan sosial (social relationship).Meskipun kehidupan setelah perceraian merupakan suatu kehidupan baru,namun masih ada ikatan-ikatan di antarapasangan yang bercerai. Ikatan yang paling penting adalah ikatan sebagai orang tua dari anak yang dilahirkan selama perkawinan. Setelah bercerai,mantan pasangan suami-istri harus mendefinisikan kembali hubungan dan peran mereka sebagai ayah dan ibu yang sudah tidak lagi tinggal bersama dalam satu rumah. “Relational styles” ini bergerak dari mantan pasangan sebagai sahabat sampai dengan mantan pasangan sevagai musuh yang paling dibenci.Persentase terbesar respondennya menganggap mantan pasangan sebagai seseorang yang bukan teman dan bukan pula musuh.dan jawaban ini berada diantara dua jawaban terdahulu. 1. Kategori hubungan yang menganggap mantan pasangan bukan sebagai teman dan bukan pula sebagai musuh,ditandai dengan kontak dan tatap muka yang minimal sekali. Kebersamaan diantara mereka biasanya berlangsung secara formal dan dalam situasi yang kaku serta dirasakan tidak menyenangkan bagi kedua belah pihak. 2. Kategori dari hubungan yang menganggap mantan pasangan sebagai musuh yang paling dibenci,berusaha untuk tidak saling berkomunikasi satu sama lain.seandainya mereka harus hadir pada suatu kesempatan/kegiatan yang berkenaan dengan upacara yang berkaitan dengan kehidupan anak (ulang tahun, pertunangan/perkawinan anak, dan sebagainya) maka mereka tidak saling menegur dan tidak berdekatan satu sama lain. Dampak Perceraian Terhadap Anak Bagaimana perceraian mempengaruhi kehidupan anak? Tidak ada satupun jawaban yang paling itu yang dapat diterima. Pertanyaan ini memiliki banyak dimensi serta banyak faktor yang harus diperhitungkan.Beberapa perlakuan orang tua lainnya setelah perceraian adalah berusaha menarik simpati anak untuk mencari informasi melalui anak tentang mantan pasangan;serta melibatkan anak dalam kondisi permusuhan. Perihal dampak perceraian terhadap anak-anak dari hasil penelitian diketahui hampir selalu buruk.Anak-anak yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita,khususnya dalam hal keuangan sertasecara emosional kehilangan rasa aman. Juga Bumpass dan Rindfuss menunjukkan bahwa dari beberapa studi diketahui, anak-anak dari orang tua yang bercerai cenderung mengalami pencapaian tingkat pendidikan dan kondisi ekonomi yang rendah serta mengalami ketidakstabilan dalam perkawinan mereka sendiri. Dampak lain dari perceraian yang terlihat oleh Landis (1960) adalah meningkatnya “perasaan dekat” anak dengan ibu serta menurunnya jarak emosional terhadap ayah. Ini terjadi bila anak berada dalam asuhan dan perawatan ibu. Selain itu anak-anak yang orang tuanya bercerai merasa malu dengan perceraian tersebut. Mereka menjadi inferior terhadap anak-anak lain. Oleh karena itu tidak jarang mereka berbohong dengan mengatakan bahwa orang tua mereka tidak bercerai atau bahkan menghindari pertanyaan-pertanyaan tentang perceraian orang tua mereka. Dampak lain dari perceraian terhadap anak-anak menurut Gardner (1977) adalah bahwa anak merasakan kepedihan yang luar biasa dan sangat mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh dari sampel menyatakan,keadaan sebelum perceraian lebih sulit dirasakan anak daripada setelah perceraian terjadi. Tugas Individu Dosen: Prof.Dr.H.A.K.Hafidz, M.S. SOSIOLOGI KELUARGA (PERSPEKTIF SOSIOLOGIS MENGENAI PERCERAIAN) OLEH: MUH. AKBAR, S.Sos NIM. 09B02029 PENDIDIKAN SOSIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2010 PERSPEKTIF SOSIOLOGI MENGENAI PERCERAIAN Pola Pencegahan Terjadinya Perceraian dan Mengatasi Masalah Perkawinan Dalam sistem keluarga goode mengemukakan ada beberapa pola pencegahan terjadinya perceraian: 1. Cara merendahkan atau menekan keinginan-keinginan individu tentang apa yang bisa diharapkan dari sebuah perkawinan. 2. Cara menanamkan nilai yang tidak mementingkan hubungan kekerabatan daripada hubungan suami-istri dalam perkawinan. Biasanya pada sistem keluarga yang demikian,anak laki-laki terutama memegang peranan sangat penting. 3. Cara “tidak menganggap penting” sebuah perselisihan. 4. Mengajarkan anak-anak dan para remaja untuk mempunyai harapan yang sama terhadap sebuah perkawinan.sehingga dalam perkawinan nanti,seorang suami atau istri dapat berperan sesuai dengan yang diharapkan oleh pasangannya. Distribusi Perceraian 1. Distribusi perceraian menurut wilayah 2. Distribusi perceraian menurut status sosial-ekenomi 3. Distribusi perceraian menurut lamanya usia perkawinan 4. Distribusi perceraian menurut status sebagai orang tua 5. Distribusi perceraian menurut usia pada saat menikah pertama kali Sebab-Sebab Perceraian George Levinger (1966) menyusun 12 kategori. yaitu: 1. Karena pasangannya sering mengabaikan kewajiban terhadap rumah tangga dan anak. 2. Masalah keuangan (tidak cukupnya penghasilan yang diterima untuk menghidupi keluarga dan kebutuhan rumah tangga). 3. Adanya penyiksaan fisik terhadap pasangan. 4. Pasangannya sering berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar serta menyakitkan. 5. Tidak setia,seperti punya kekasih lain,dan seering berzinah dengan orang lain. 6. Ketidakcocokan dalam masalah hubungan seksual dengan pasangannya, seperti adanya keengganan atau sering menolak melakukan senggama,dan tidak bisa memberikan kepuasan. 7. Sering mabuk. 8. Adanya keterlibatan/campur tangandan tekanan sosial dari pihak kerabat pasangannya. 9. Seringnya muncul kecurigaan,kecemburuan serta ketidakpeercayaan dari pasangannya. 10. Berkurangnya perasaan cinta sehingga jarang berkomunikasi, kurangnya perhatian dan kebersamaan diantara pasangan. 11. Adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan sehingga pasangannya menjadi tidak sabar. 12. Kategori lain-lain yang tidak termasuk 11 tipe keluhan diatas. Dampak Perceraian Terhadap Mantan Pasangan Suami-Istri Masalah utama yang dihadapi oleh mantan pasangan suami-istri setelah perceraian adalah masalah penyesuaian kembali terhadap peranan masing-masing serta hubungan dengan lingkungan sosial (social relationship).Meskipun kehidupan setelah perceraian merupakan suatu kehidupan baru,namun masih ada ikatan-ikatan di antarapasangan yang bercerai. Ikatan yang paling penting adalah ikatan sebagai orang tua dari anak yang dilahirkan selama perkawinan.“Relational styles” ini bergerak dari mantan pasangan sebagai sahabat sampai dengan mantan pasangan sevagai musuh yang paling dibenci.Persentase terbesar respondennya menganggap mantan pasangan sebagai seseorang yang bukan teman dan bukan pula musuh.dan jawaban ini berada diantara dua jawaban terdahulu. 1. Kategori hubungan yang menganggap mantan pasangan bukan sebagai teman dan bukan pula sebagai musuh,ditandai dengan kontak dan tatap muka yang minimal sekali. Kebersamaan diantara mereka biasanya berlangsung secara formal dan dalam situasi yang kaku serta dirasakan tidak menyenangkan bagi kedua belah pihak. 2. Kategori dari hubungan yang menganggap mantan pasangan sebagai musuh yang paling dibenci,berusaha untuk tidak saling berkomunikasi satu sama lain.seandainya mereka harus hadir pada suatu kesempatan/kegiatan yang berkenaan dengan upacara yang berkaitan dengan kehidupan anak (ulang tahun, pertunangan/perkawinan anak, dan sebagainya). Dampak Perceraian Terhadap Anak Dampak lain dari perceraian yang terlihat oleh Landis (1960) adalah meningkatnya “perasaan dekat” anak dengan ibu serta menurunnya jarak emosional terhadap ayah. Ini terjadi bila anak berada dalam asuhan dan perawatan ibu. Selain itu anak-anak yang orang tuanya bercerai merasa malu dengan perceraian tersebut. Oleh karena itu tidak jarang mereka berbohong dengan mengatakan bahwa orang tua mereka tidak bercerai atau bahkan menghindari pertanyaan tentang perceraian orang tua mereka. Dampak lain dari perceraian terhadap anak-anak menurut Gardner (1977) adalah bahwa anak merasakan kepedihan yang luar biasa dan sangat mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh dari sampel menyatakan,keadaan sebelum perceraian lebih sulit dirasakan anak daripada setelah perceraian terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar