Minggu, 25 Maret 2012

Manajemen Berbasis Sekolah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Manajemen
1.   Pengertian Manajemen
Praktisi Indonesia seringkali dihadapkan pada kerancuan menggunakan istilah manajemen dalam berbagai aktivitas.  Seringkali manajemen diidentikkan dengan istilah pengelolaan, pembinaan, ketatalaksanaan, pengurusan, ketatausahaan dan ketatapengurusan.  Padahal manajemen merupakan konsep yang lebih luas daripada konsep tersebut, bahkan pengelolaan, pembinaan, ketatalaksanaan, kepengurusan dan ketatapengurusan merupakan bagian dari manajemen.
Pemahaman tentang manajemen diartikan mempunyai makna konotasi dengan pengelolaan.  Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989:411) ditemukan arti pengelolaan adalah suatu proses, cara, perbuatan, mengelola, sedangkan mengelola adalah mengendalikan, menyelenggarakan, menyarankan, mengurus.  Dengan demikian, pengelolaan adalah perbuatan mengendalikan atau menyelenggarakan atau menjalankan atau mengurus.
Handoko (2000:6) memberikan alasan perlunya manajemen, yaitu untuk mencapai tujuan, untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan yang saling bertentangan serta untuk mencapai efesiensi dan efektivitas.
Menurut Hersey dan Banchord  dalam Siswanto (2002:22), manajemen adalah tata usaha yang dilakukan dengan melalui individu-individu dan kelompok, untuk mencapai tujuan organisasi perlu adanya individu  yang bekerja sama dengan satu tujuan organisasi yang sudah direncanakan sebelumnya.
Stoner dan Wankel dalam Siswanto (2002:22) memberikan batasan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sanggota organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Salamuddin (2002:15) mengemukakan manajemen  adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan.  Melalui kegiatan orang lain lebih lanjut beliau menyatakan bahwa manajemen tidak melakukan  sendiri kegiatan-kegiatan yang bersifat operasional, mel;ainkan mengatur tindakan-tindakan pelaksanaan oleh sekelompok orang yang diseut orang bawahan.  Atau pada hakikatnya, manajemen berfungsi untuk melakukan suatu kegiatan yang perlu dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijaksanaan umum yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Pada tingkat administrasi mempuyai dua fungsi utama, yaitu menentukan tujuan yang hendak dicapai dan menentukan kebijakan umum yang mengikat seluruh organisasi.
Pendapat lain, seperti Salamuddin (2002:15) menyatakan bahwa manejemen adalah pengendalian dan pemanfaatan diri pada semua faktor dan sumber daya yang menurut suatu perencanaan, diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan tujuan-tujuan yang telah ditentukan. 
Soerjadi (1989:3) memberikan pengertian manajemen sebagai proses kegiatan dari seorang pimpinan (manajer) yang harus dilakukan dengan mempergunakan cara-cara pemikiran yang ilmiah maupaun praktis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan melalui kerja sama orang-orang lain sebagai sumber tenaga kerja, serta memanfaatkan berbagai sumber-sumber lainnya dan waktu yang tersedia untuk itu dengan cara yang setepat-tepatnya.
G.R. Terry dan L.W. Rue dalam Moekijat (1985:11) memberikan pengertian manajemen sebagai suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Batasan manajemen di atas, juga menunjukkan adanya penggunaan seluruh sumber daya organisasi yang meliputi : finansial, peralatan, informasi, serta manusianya untuk mencapai tujuan.
Robert J. Therauf dalam Dann Sugandha (1986:1-2) memberikan defenisi manajemen sebagai proses penempatan input-input organisasi (sumber-sumber ekonomi dan manusia) dengan melakukan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan dengan maksud mendapatkan out put (barang dan jasa) yang diharapkan oleh pemakai agar tujuan organisasi tercapai.
Defenisi lebih operasional dan menempati ruang lingkup yang luas karena menguraikan aktivitas manajemen   yang perlu memiliki unsur-unsur seperti : (1) input-input organisasi (sumber-sumber dan manusia), (2) perencanaan, (3) pengorganisasian, (4) kepemimpinan, (5) pengawasan, (6) hasil  barang dan jasa, (7) pemakai dan tujuan organisasi.
Pendapat lain tentang manajemen dikemukakan Ambo Elo Adam (1989:28),  yang mengemukakan manajemen sebagai suatu tindakan atau upaya pemikiran yang diserahkan kepada bagaimana mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Muatan yang terdapat dalam pengertian ini adalah bahwa manajemen lebih mengarahkan kepada suatu proses dibanding dengan suatu tujuan.  Dikatakan bahwa manajemen tidak lain dari pada suatu proses pemanfaatan segala sumber daya secara fungsional dalam mencapai tujuan organsiasi secara efektif dan efisien serta secara berkesinambungan.
Pengertian lain tentang manajemen dilontarkan oleh Lawrence Pley dalam M. Manullang (1974:7), dikatakan bahwa “manajemen  is the art of gettings done through the effort of the other  people” yang oleh penulis menterjemahkan pengertian manajemen ini sebagai seni mendapatkan suatu barang atau benda melalui sarana yang dilakukan orang lain.
Batasan ini lebih menitikberatkan pada tujuan sebagai suatu sasaran akhir dari pada manajemen.  Hampir mendekati defenisi tersebut ialah defenisi yang dikemukakan oleh Flippo dalam Handoko (1986:2) mengatakan bahwa manajemen adalah pengendalian dan pemanfaatan dari semua faktor dan sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan tujuan-tujuan yang telah ditentukan. 
Istilah manajemen di Indonesia dikenal beberapa istilah antara lain kepemimpinan, yaitu manajemen baik dari dalam arti orang-orangnya maupun fungsi dari kegiatan organisasi terutama manajemen dalam mengambil keputusan pada saat mengadakan rapat.
Miftah Thoha (1983:8) mengemukakan  manajemen adalah proses pencapaian tujuan organisasi melalui usaha-usaha orang lain.  Sedangkan dalam mengatur manajemen diperlukan seorang manajer, yaitu orang yang seantiasa memikirkan kegiatan untuk mencapai tujuan  organisasi, dan manajemen itu dapat diterapkan pada setiap organisasi, baik perusahaan, pendidikan, rumah sakit, organisasi politik  dan bahkan keluarga. 
2.   Fungsi-Fungsi Manajemen
Gary Dessler (1986:2) mengatakan bahwa untuk memahami pengertian manajemen, harus diketahui hal-hal yang harus dikerjakan oleh manajer.  Pada umumnya terdapat lima fungsi dasar yang dilaksanakan oleh para manaajer atau  lazim disebut sebagai proses  manajemen.  Kelima fungsi dasar terdiri atas :
a.       Perencanaan (planning) : penetapan tujuan atau standar, penetapan aturan atau prosedur, penyusunan rencana dan perkiraan prediksi.
b.      Pengorganisasian (organizing) : penugasan pelaksanaan pekerjaan tertentu bagi setiap pegawai (pembagian tugas).
c.       Pengisian staf (staffing): penetapan jenis pegawai yang perlu diangkat, penyusunan standar prestasi kerja, penyuluhan pegawai, training dan pengembangan pegawai.
d.      Pengarahan  (Leading) ; menggerakkkan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan, membina moral dan memotivasi bawahan.
e.       Pengawasan (Controlling) : penyusunan standar, misalnya standar kualitas, pemeriksaan untuk mengkaji prestasi kerja yang aktual dibandingkan  dengan standar dan norma yang telah ditetapkan.
Supaya organisasi tersebut dapat mencapai tujuan maka diperlukan manajemen, dengan kata lain supaya organisasi   dapat mencapai tujuannya, organisasi harus melewati suatu proses kegiatan kepemimpinan karena kegiatan itu dapat dinamakan manejemen.
Kegiatan manajemen tersebut  dilakukan dengan memperhatikan beberapa unsur-unsur manajemen seperti yang dikemukakan oleh Siagian (1987:102-103), yaitu :
a.   Fungsi organik
Fungsi organik adalah semua fungsi yang mutlak harus dijalankan oleh administrasi dan managemen.  Ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi itu akan mengakibatkan  lambat atau cepat matinya organisasi.  Yang termasuk fungsi ini adalah seperti yang dikemukakan Henry Fayol dalam Siagian (1987:103), yaitu (planning) perencanaan , (organizing) pengorganisasian, (commanding) pemberian komando, pengkordinasian (coordinating) dan controlling (pengawasan).  Sedangkan Siagian itu sendiri menyebutkan bahwa fungsi organik  manajemen terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian.
b.   Fungsi pelengkap 
Fungsi pelengkap adalah semua fungsi yang tidak mutlak dijalankan oleh organisasi, misalnya fungsi komunikasi, penyediaan tempat kerja yang menarik.
Manajemen sebagai suatu proses, berarti suatu usaha yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan, proses di sini merupakan serangkaian tindakan yang secara berjenjang, berlanjut dan berakit dilakukan untuk menggapai suatu yang telah ditetapkan.
Tindakan ini meliputi : (1) perencanaan, (2) pengorganisaisian, (3) kepemimpinan dan (4) pengendalian. Berikut uraian tentang keempat tindakan ini.
a.       Perencanaan, secara tidak langsung menyatakan bahwa manajer (seorang yang menjalankan fungsi manajemen) terlebihdahulu harus memikirkan dengan matang mengenai tujuan dan tindakannya.  Tindakan tersebut biasanya didasarkan atas suatu metode, rencana atau logika tertentu, bukan atas dasar firasat.
b.      Pengorganisaisian berarti dengan mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber daya materi yang dimiliki organisasi. Keefektifan organisasi tergantung pada kemampuan menggerakkan sumber daya mencapai tujuan.
c.       Kepemimpinan berarti mendeskripsikan usaha manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, dan bagaimana agar orang lain melaksanakan tugas secara maksimal.
d.      Pengendalian berarti manajer berupaya menjamin agar organsiasi bergerak pada tujuannya.  Apabila pada bagian tertentu dalam organisasi berada pada bagian yang salah harus segera dilakukan tindakan perbaikan.

B.     Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001:9) digambarkan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara bersama/partisipatif untuk memenuhi kebutuhan sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional.  Karena itu esensi MBS adalah otonomi sekolah ditambah pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah
Konsep MBS ini sejalan dengan Budi Raharjo (2003:8) yang juga memberikan pengertian MBS sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara bersama dan partisipatif untuk memenuhi kebutuhan sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional.
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan tidak tergantung.  Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”, misalnya swakelola, swadana dan swalayan.  Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus segala kebutuhan warga sekolah yang didukung dengan kemampuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku.
Pengambilan keputusan bersama/partisipastif adalah suatu cara untuk mrngambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, di mana warga sekolah dan masyarakat akan terlibat secara langsung untuk proses pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan sekolah, sehingga semua warga sekolah dan masyarakat akan bertanggung jawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah.  Makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula tanggung jawab dan dedikasinya.  Tentu saja haus mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan dan relevansinya dengan tujuan pengambilan keputusan sekolah secara demokratis dan berorientasi pada pengembangan sekolah.
Sekolah mandiri memiliki ciri-ciri : tingka kemandirian tinggi dan tingkat ketergantungan rendah, bersifat adaptif dan antisipatif serta proaktif, memeiliki jiwa kewirausahaan tinggi, bertanggung jawab terhadap kinerja sekolah, memiliki kontrol yang ketat terhadap kondisi kerja, komitmen yang tinggi pada dirinya dan prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya. Adapun yang dapat memandirikan dan memberdayakan warga sekolah adalah melalui beberapa kegiatan seperti : pemberian kewenangan, penberian tanggung jawab, pekerjaan yang bermakna, kebersamaan dalam pemecahan masalah sekolah, variasi tugas, pemberian kepercayaan dan penghargaan terhadap semua warga sekolah.
Pemberlakuan otonomi daerah membawa konsekuensi logis bagi manajemen pendidikan di Indonesia, yaitu dengan perlunya diberlakukan suatu sistem penyesuaian manajemen pendidikan, yaitu terhadap manajemen paradigma lama menuju manajemen pendidikan paradigma baru yang lebih bernuansa otonomi dan yang lebih demokratis dengan sasaran peningkatan mutu luaran setiap jenjang pendidikan.  Berikut gambaran Budi Raharjo (2003:7) mengenai perubahan paradigma pendidikan dari paradigma lama menuju paradigma baru :
Tabel 1 : Perubahan Paradigma Manajemen Pendidikan
Paradigma Lama
Paradigma Baru
Melaksanakan program
Keputusan terpusat
Ruang gerak terbatas
Basis birokratik
Sentralistik
Diatur
Malregulasi
Mengontrol
Mengarahkan
Menghindari resiko
Boros
Individual
Informasi terbatas
Pendelegasian
Organisasi vertical
Merumuskan/melaksanakan program
Keputusan bersama/partisipastif
Ruang gerak fleksibel
Basis profesional
Desentralistik
Mandiri
Deregulasi
Memotivasi
Memfasilitasi
Mengelola resiko
Efisien
Kerja sama
Informasi terbuka
Pemberdayaan
Organisasi horizontal
Pada paradigma lama, tugas dan fungsi sekolah hanya melaksanakan program dari pada mengambil inisiatif merumuskan dan melaksanakan progam yang dibuat sendiri oleh sekolah.  Sedang pada paradigma baru, sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara bersama/paartisipatif dan peran masyarakat makin besar, sekolah lebih fleksibel dalam mengelola lembaganya, mengutamakan basis profesionalisme dari pada basis birokrasi.
Pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan sekolah lebih didorong oleh kemandirian dari pada diatur dari luar sekolah, regulasi pendidikan lebih efisien tidak boros karena sisa anggaran tahun ini dapat digunakan untuk anggaran tahun depan, lebih mengutamakan kerja sama, informasi terbuka bagi semua warga sekolah, lebih mengutamakan pemberdayaan dan struktur organisasi yang tadinya vertikal cenderung horizontal sehingga bisa berfungsi lebih efisien efektif.

C.    Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah (MBS) memiliki karakteristik yang harus dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya.  Karakteristik manajemen berbasis sekolah yang dimaksud meliputi seluruh komponen pendidikan dan perlakuannya pada setiap tahap pendidikan baik masukan (input), proses maupun hasil (out put) pendidikan.   
Ada beberapa karakteristik MBS seperti yang ditekankan oleh Direkrotat Pendidikan Menengah Umum (2001:11), yaitu :
1.      Hasil pendidikan
Hasil pendidikan yang diharapkan adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah.  Pada dasarnya, hasil pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hasil berupa prestasi akademik dan hasil berupa prestasi non akademik.  Hasil prestasi akademik misalnya, NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba kinerja siswa, lomba matematika/fisika dan lain-lain.  Hasil prestasi non akademik, misalnya kesenian, olah raga, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedispilinan dan kerajinan.
2.      Proses pendidikan
Sekolah yang efektif  biasanya memiliki proses pendidikan sebagai berikut :
a.       Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi
Proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi menekankan pada pemberdayaan peserta didik. PBM bukan sekedar penekanan penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.  PBM lebih menekankan pada pola sistem bekerja, belajar hidup bersama dan belajar menjadi diri sendiri.
b.      Kepemimpinan sekolah yang tangguh
Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh dan kuat agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah yang ditetapkan.
c.       Lingkungan sekolah yang aman, tertib dan nyaman
Sekolah yang efektif selalu sekolah yang mampu menciptakan iklim sekolah yang aman, tertib, nyaman, demi kelangsungan PBM yang  nyaman. 
d.      Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
Pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga sampai pada imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah.
e.       Sekolah memiliki budaya mutu
Budaya mutu yang harus dimiliki oleh sekolah adalah sebagai berikut :
1)      Informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengadili orang.
2)          Kewenangan harus sebata tanggung jawab.
3)          Hasil harus diikuti penghargaan atau sanksi.
4)          Kolaborasi dan sinergi, sebagai dasar untuk kerja sama.
5)          Warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya.
6)          Atmosfir keadilan harus ditanamkan.
7)          Imbal jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaan.
8)          Warga sekolah merasa memiliki sekolah.
f.       Sekolah memiliki kerbesamaan yang kompak
Budaya kerja sama antar fungsi dalam sekolah, antar individu dalam sekolah, harus menjadi kebiasaan hidup sehari-hari wara sekolah.
g.      Sekolah memiliki kewenangan
Sekolah memiliki kewenangan dan memiliki kemampuan serta kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada pihak lain.
h.      Partisipasi warga sekolah dan masyarakat
Partisipasi warga sekolah dan masyarakat merupakan bagian dari kehidupan sekolah.  Makin tinggi tingkat partisipasi warga, makiin besar rasa memiliki dan akan makin besar pula rasa tanggung jawab serta tingkat dedikasinya.
i.        Keterbukaan (trasparansi) manajemen
Pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sekolah, penggunaan uang dan sebagainya, selalu melibatkan pihak-pihak terkait.
j.        Sekolah memiliki kemauan untuk berubah
Perubahan adalah hal yang menyenangkan dan merupakan peningkatan mutu peserta didik.
k.      Sekolah melakuka evaluasi dan perbaikan
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah secara terus menerus dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
l.        Sekolah responsif dan antisipatif  terhadap kebutuhan
Sekolah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan/ tuntutan, akan tetapi juga mampu mengantisipasi segala hal-hal yang mungkin bakal terjadi khususnya yang dapat mempengaruhi kepentingan sekolah.
m.    Komunikasi yang baik
Komunikasi yang baik antara warga sekolah akan membentuk pola kebersamaan yang kuat dan kokoh, kompak dan cerdas, sehingga berbagai kegiatan sekolah dapat dilakukan secara merata oleh warga sekolah.
n.      Sekolah memiliki akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjajwaban yang harus dilakukan sekolah terhadap prestasi pelaksanaan/penyelenggaraan program sekolah.  Dengan ini, maka sekolah tidak akan main-main dalam melaksanakan programnya.  
3.      Masukan pendidikan
a.       Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran program yang jelas
Kebijakan, tujuan dan sasaran program sekolah harus disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan dan karakter yang kuat oleh warga sekolah.
b.      Sumber daya tersedia dan siap
Sekolah harus memiliki tingkat kesiapan sumber daya yang memadai untuk menjalankan proses pendidikan.  Sumber daya dapat dikelompokkan mejadi dua, yakni sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yaitu uang, peralatan, perlengkapan, bahan dan lain-lain.
c.       Staf  yang kompeten dan berdedikasi tinggi
Sekolah memiliki harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya.  Guru (termasuk kepala sekolah) memiliki komitmen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat mencapai tingkat prestasi yang maksimal, sedang peserta didik juga mempunyai motivasi untuk selalu meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
d.      Fokus pada pelanggan
Siswa merupakan pelanggan utama sekolah yuang harus menjadi fokus dari semua kegiatan sekolah, yakni semua masukan dan proses pendidikan yang dikerahkan di sekolah tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik.
e.       Manajemen
Kelengkapan dan kejelasan manajemen yang dibutuhkan sekolah akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya secara efisien dan efektif.
Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang dilaksanakan seiring dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dengan pemberian otonomi sekolah,  berfokus pada pemberian desentralisasi beberapa fungsi  pendidikan ke sekolah, seperti  yang digambarkan Budi Raharjo (2003:14-15), yaitu :
a.       Perencanaan dan evaluasi
Sekolah harus menekankan analisis kebutuhan progam sekolah dan berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut kemudian sekolah membuat rencana peningkatan program. Sekolah harus melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal  oleh warga sekolah untuk memantau proses pelaksanaan dan untuk mengevaluasi hasil program-program sekolah yang telah dilaksanakan.
b.      Pengelolaan kurikulum
Implementasi kurikulum sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, memodifikasi, tapi tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional.  Ini sejalan dengan pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), di mana program dengan pendekatan kompetensi lebih sesuai dan pas dikelola melalui MBS.  Sekolah akan leluasa dalam mengimplementasikan kurikulum dan dalam pengembangan muatan lokal serta menyiapkan keterampilan hidup bagi peserta didik.
c.       Pengelolaan proses belajar mengajar (PBM)
Proses belajar mengajar adalah kegiatan utama sekolah di mana sekolah dapat diberi kebebasan memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelaran dan pengajaran yang paling efektif sesuai dengan tuntutan KBK.  Strategi, metode dan teknik pembelajaran dan pengajaran yang berpusat pada memberdayakan pembelajaran siswa.
d.      Pengelolaan ketenagaan
Pengelolaan tenaga kependidikan dan lainnya mulai dari anlisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan hukuman (reward dan punishment), hubungan kerja sampai evaluasi kinerja tenaga kerja dapat dilakukan oleh sekolah.
e.       Pengelolaan fasilitas
Pengelolaan fasilitas khususnya yang berkaitan langsung dengan PBM, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai pengembangannya dapat dilakukan oleh sekolah. 
f.       Pengelolaan keuangan
Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan pengalokasian dan penggunaan uang serta pengelolaan kegiatan-kegaiatan yang mendatangkan penghasilan.
g.      Pengelolaan layanan siswa
Peningkatan layanan siswa, mulai dari kegiatan penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan dan pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk  memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni.
h.      Pengelolaan hubungan sekolah-masyarakat
Peningkatan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan dan dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral dan finansial.
i.        Pengelolaan iklim sekolah
Peningkatan pengelolaan lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dariw arga sekolah, kesehatan sekolah dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa akan menumbuhkan semangat belajar siswa.
 Kelengkapan dan kejelasan manajemen yang dibutuhkan sekolah akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya dengan efektif.

D.    Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah membolehkan adanya keragaman cara melaksanakan dan bukan lagi menggunakan cara yang cenderung seragam untuk sekolah.  Untuk mewujudkan MBS memerlukan waktu dan proses yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan semua unsur terkait.  Budi Raharjo (2003:17) menekankan ada 4 (empat) hal pokok yang memerlukan perubahan dalam  melaksanakan MBS, yaitu :
1.      Peraturan perundang-undangan yang ada sekarang perlu disesuaikan, dari yang semula menempatkan sekolah sebagai pelaksana semata menjadi sekolah yang bersifat otonom.
2.      Kebiasaan berperilaku unsur-unsur sekolah perlu disesuaikan dengan tuntutan MBS antara lain, perliaku mandiri, kreatif, proaktif, koordinatif, integratife, sinkronistis, kooperatif, profesional, dan lain-lain.
3.      Peran sekolah perlu disesuaikan dengan, yaitu menjadi sekolah yang mandiri dan bermotivasi diri sendiri.
4.      Struktur organisasi pendidikan perlu ditata kembali sesuai dengan tuntuta kebutuhan.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001:29) menguraikan bahwa untuk memudahkan pelaksanaan MBS, perlu memperhatikan tahap berikut ini :
  1. Sosialisasi
Semua unsur sekolah harus memahami konsep tentang apa, mengapa dan bagaimana MBS diselenggarakan.  Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilaksanakan adalah mensosialisasikan konsep MBS kepada seluruh warga sekolaj dan masyrakat melalui berbagai kegiatan, antara lain seinar, loka karya, diskusi, dan rapat kerja.
  1. Identifikasi tantangan sekolah
Sekolah mengidentifikasikan tantangan yang dihadapi oleh sekolah.  Tantangan adalah selisih antara hasil yang diperoleh sekolah saat ini dn hasil yang diharapkan di masa yang datang.  Umumnya tantangan sekolah bersumber dari hasil sekolah yang dikelompokkan atas : kualitas, produktivitas, efektivitas dan efisiensi.  Kualitas adalah gambarand an karakteristik menyeluruh dari abrang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat.
Produktivitas adalah perbandingan antara out put sekolah dan iput sekolah. Efektivitas  adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan telah dicapai sedangkan efisiensi menunjuk pada hubungan antara input (sumber daya) yang digunakan untuk memproses output sekolah.
  1. Visi, misi, tujuan dan sasaran
Setiap sekolah harus memiliki visi, misi dan tujuan.  Visi adalah gambaran ke depan, yang dinginkan sekolah itu.  Misi adalah tindakan untuk mewujudkan dan merealisasikan visi itu.  Tujuan adalah apa yang akan dicapai dan dihasilkan oleh sekolah it, sedangkans sasaran adalah penjabaran tujuan, sesuatu yang dihasilkan/dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibandingkan dengan tujuan sekolah.
  1. Identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan
Setelah sasaran ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang digunakan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya, antara lain fungsi proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum, perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, keuangan, pelayanan siswa., pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah masyarakat dan fungsi pengembangan  fasilitas.
  1. Analisis SWOT
Analisis SWOT (strength = kekuatan, weakness = kelemahan, opportunity = peluang, dan threat = ancaman) dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
  1. Alternatif pemecahan masalah
Langkah selanjutnya setelah melakukan analisis SWOT adalah melakukan upaya pemecahan permsalahan-permasalahan, yakni berupa tindakan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.  Tindakan tersebut merupakan upaya untuk mengatasi kelemahan maupun ancaman, agar menjadi kekuatan atau peluang, uakni dengan memanfaatkan faktor lain yang menjadi kekuatan atau peluang.
  1. Rencana dan program sekolah
Rencana harus menjelaskan secara detail aspek-aspek yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, siapa, kapan dan di mana dilaksanakan, serta biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.
  1. Implementasi rencana dan program sekolah
Implementasi  rencana dan program sekolah kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumber daya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin, semata-mata hanya untuk peningkatan kualitas pembelajaran, sekaligus meningkatkan kualitas alumninya atau siswa   yang tamat.
  1. Evaluasi pelaksanaan
Pelaksanaan evaluasi harus melibatkan semua komponen dalam sekolah, khususnya guru dan tenaga lainnya agar mereka dapat menjiwai setiap penilaian yang dilakukan, sehingga mereka dapat memberikan alternatif pemecahan.
  1. Sasaran baru
Hasil evaluasi pelaksanaan dapat digunakan sebagai alat perbaikan kinerja program yang akan datang.  Hasil evluasi merupakan masukan masukan bagi sekolah dan  orang tua peserta didik untuk merumuskan sasaran program baru untuk tahun yang akan datang.
Tahap-tahap pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di atas, bila dilaksanakan dengan optimal, maka akan membentuk pola manajemen pendidikan yang efektif dan efisien dan tepat sasaran, sehingga dengan sendirinya akan membentuk sistem otonomi sekolah dan partisipasi kuat dalam pengelolaan sekolah.




      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar