Kamis, 04 September 2014

KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Mendidik adalah kewajiban setiap orang dan merupakan pekerjaan yang mulia.  Baik buruknya kualitas anak didik di sekolah sebagai produk pendidikan amat ditentukan oleh proses pendidikannya. Jadi proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk
yang berkualitas. Oleh karena itu proses pendidikan hendaknya dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti kedisiplinan.
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang sangat rumit dipelajari sebab disiplin merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya antara pengetahuan, sikap dan perilaku.  Kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, kebebasan, rasa kasih sayang, tolong menolong dan sebagainya  adalah beberapa aturan disiplin kemasyarakatan yang harus dipelajari/diketahui, disikapi dan ditegakkan oleh para murid.
Murid di dalam proses belajar mengajar adalah subjek yang akan mencapai tujuan pembelajaran dalam bentuk hasil belajar.   Dalam mencapai hasil belajar inilah guru perlu melakukan analisis karakteristik murid, agar dapat mengetahui tingkat kemampuan awal, pengalaman, tingkat kemahiran bahasa, latar belakang sosial ekonomis, sehingga dengan mengetahui karakteristik tersebut dapat memberikan dampak disiplin yang akan  diterapkan (Suprayekti, 2003:16).
Kedisiplinan murid pada dasarnya adalah kesadaran dan kesediaan murid untuk mantaati semua peraturan dan tata tertib sekolah dan kelas yang berlaku.  Kesadaran adalah sikap murid yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.  Jadi murid akan mematuhi.dan mengerjakan semua tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab dan bukan paksaaan. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan murid yang sesuai dengan peraturan sekolah, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Peserta didik belajar beberapa hal dengan cara mendengarkan, tetapi mereka lebih suka mengingat dan bertindak dengan kata-kata dan gagasan mereka sendiri.  Dari sini peserta didik akan belajar lebih cepat apabila mereka terlibat dalam menysusun tata tertib.  Walaupun demikian, guru harus mengarahkan dan menentukan tindakan-tindakan yang akan diambil bila tata tertib dilanggar, sehingga disiplin tetap dapat ditegakkan.
Terpeliharanya kedisiplinan tidak lepas dari terpenuhinya kepentingan atau kebutuhan antara guru dan murid, yang keduanya harus diselaraskan  agar tidak terjadi bentrokan.  Tidak terpenuhinya kepentingan atau kebutuhan oleh para pihak akan timbul gangguan yang menganggu tatanan hidup dalam berinteraksi atau dalam berproses misalnya, dalam proses pembelajaran.  Di sampiing itu, para guru perlu mencermati kepentingan/kebutuhan dalam memahami pelanggaran dispilin.  Dengan diketahuinya sumber-sumber gangguan disiplin tersebut, maka akan diketaui pula secara teoritis usaha-usaha penanggulangannya.
Disiplin yang baik adalah terwujudnya aktivitas yang mampu mengatur diri kepada terciptanya pribadi dan potensi sosial berdasar pengalaman-pengalamannya sendiri.  Pemeliharaan disiplin kelas pada dasarnya merupakan usaha untuk membantu murid mengembangkan disiplin dan menerima pusat pengendalian disiplin, sehingga para murid tetap bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang pebelajar untuk mencapai prestasi.
Kedisiplin merupakan hal esensial terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang dan terwujudnya prestasi belaajr murid. Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi,  sehingga berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan disiplin, sehingga dapat mengantisipasi berbagai hal yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kedisiplinan, seperti kegaduhan, ketidakteraturan dan ketidakkonsistenan dalam menerapkan peraturan dan hukuman yang berdampak pada kecilnya peluang murid untuk berprestasi.
Oleh karena itu pendekatan kedisiplinan yang harus dilakukan guru menggambarkan prinsip-prinsip pedagogik dan bimbingan kemanusiaan yang tidak ke luar dari tujuan dan sasaran pendidikan itu sendiri, yaitu memanusiakan manusia, dengan mengedepankan  proses manajemen kelas yang berorientasi kepada efisiensi dan efektivitas pembelajaran dalam kelas serta menumbuhkan kesadaran diri bahwa guru harus merencanakan model pendekatan sendiri yang cocok dan sesuai dengan penampilan diri dan materi pembelajaran yang akan disajikan.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Pengertian Disiplin
Disiplin beraal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada belajar dan mengajar.  Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan istilah disiple yang berarti mengikuti orang belajar di bawah pengawasan seorang pimpinan (Suharsimi, 1993:114).
Disipin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan.  Disiplin merupakan sikap dan pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan.  Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketetiban.  Di antara kedua istilah tersebut terlebih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian pengertian disiplin (Suharsimi, 1993:114).
Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh seseuatu yang datang dari luar.  Disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena diorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatiya.  Sedangkan disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan murid taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996 :10).
Pengertian disiplin dapat juga diartikan sebagai sikap dan tingkah laku yang diharapkan dalam pergaulan masyarakat agar tetap menjamin suasana tertib dan teratur  (Martoyo, 1992 : 83).
Sikap disiplin yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya adalah suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan nilai tertentu.  Nilai-nilai tersebut dapat diklasifikasikan menjadi :
1.   Nilai-nilai keagamaan atau nila-nilai kepercayaan yang diyakini kebenarannya sehingga melahirkan tindak tanduk disiplin yang penuh ketulusan untuk berkorban.  Misalnya : kewajiban sholat lima waktu dan puasa selama satu bulan Romadhan bagi umat Islam.
2.   Nilai-nilai tradisional yang melahirkan tindak-tanduk pantangan yang kebanyakan tidak masuk akal dan mengandung misteri. Misalnya pantangan makan kaki ayam kalau tulisannya ingin baik.
3.   Nilai-nilai kekuasaan yang bersumber dari penguasa yang melahirkan tindak tanduk disiplin demi terlaksananya tata kepemimpinan menurut kehendak penguasa.
4.   Nilai-nilai subjektif berdasarkan penilaian pribadi yang melahirkan tindakan egosentrik.
5.   Nilai-nilai rasional yang memberi penjelasan dan alasan perlu tidaknya dilakukan tindakan disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.  Contoh : jika ingin berhasil baik dalam sekolah maka harus rajin belajar, jika ingin selamat, maka semua pengguna jalan harus mentatati peraturan lalu lintas dan sebagainya (Maman Rachman, 1999:170-171).

Dari beberapa pengertian disiplin dapat diasumsikan bahwa disiplin kelas adalah keadaan kelas yang tertib, aman dan kondusif, sehingga murid tetap mengikuti proses pembelajaran di kelas secara tertib dan teratur dan tidak melanggar peraturan dan tata tertib kelas.

B.  Sumber Pelanggaran Disiplin
Pelanggaran disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi pemenuhan kebutuhan peserta didik, misalnya tipe kepemimpinan guru yang otoriter yang senantiasa mendiktekan  kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek didik.  Perbuatan seperti itu akan mengakibatkan peserta didik menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya.  Hal  ini akan menjadikan murid agresif dan ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima (Maman Rachman, 1999:190).
Pelanggaran disiplin di sekolah sering muncul akibat pengebirian hak-hak kelompok besar anggota sebagai peserta didik oleh sekolah/guru.   Dengan pengebirian dan atau pengurangan hak-hak tersebut akan menyuramkan masa depan peserta didik, padahal di sisi lain mereka seharusnya turut menentukan rencana masa depannya di bawah bimbingan guru.
Kurang perhatiannya guru terhadap kelompok minoritas baik yang ada di atas atau di bawah rerata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah, juga sering menimbulkan kerawanan pelanggaran disiplin kelas.  Bahkan dengan kurang dilibatkannya dan diikutsertakannya murid dalam kemajuan sekolah sesuai dengan kemampuannya dapat memicu pelanggaran disiplin.
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang  dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang dapat menganggu terpeliharanya disiplin kelas.  Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan ked alam tiga kategori umum, yaitu masalah-masalah yang ditimbulkan guru, murid dan lingkungan (Hoover Hollingsworth dalam Maman Rachman, 1999:191).
Pribadi guru sangat mempengaruhi terciptakannya suasana disiplin kelas yang efektif.  Guru yang membiarkan peserta didik berbuatsalah, tidak suka kepada peserta didiknya, kurang menghargai peserta didik, kurang senang, kurang rasa humor akan mengalami banyak dalam kelas.
Ketidakteraturan  selama proses belajar mengajar dapat disebabkan juga oleh masalah yang ditimbulkan oleh peserta didik.  Peserta didik bisanya cepat memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan untuk berbuat tidak displin.  Banyak dari mereka tidak suka dan membenci terhadap kelas.  Hal ini persepsi  dari adanya sekolah yang tidak memberi kepuasan kepada semua harapan murid dan para  lulusan.
Gangguan disiplin yang datang dari kelompok peserta didik dapat berupa ketidakpuasan dengan pekerjaan kelas, hubungan interpersonal lemah, gangguan suasana kelompok, pengorganisasian kelompok lemah, emosi kelas dan perubahan mendadak (Ornstein dalam Suharsimi, 1993:120).
Terpeliharanya disiplin menunjuk kepada kepatuhan terhadap pelaksanaan peraturan sekolah dan menunjuk pada berjalannya sistem control dalam kelas.  Terpeliharanya disiplin tersebut memerlukan ketrelibatan serangkaian strategi dalam mengubah perilaku peserta didik ke arah pemilikan  kesadaran melaksanakan semua peraturan yang telah dibuat.
Penanggulangan pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh kehati-hatian, demokratis dan edukatif. Cara-cara penanggulangan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai tahapan pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap tertumpu pada penekanan substansinya bukan pribadi peserta didik.  Di samping itu, juga  harus tetap menjaga perasan kecintaan terhadap peserta didik atau murid, bukan karena rasa benci atau emosional.
Gangguan disiplin kelas terjadi akibat banyaknya gangguan, dan semuanya harus ditangani.  Berikut beberapa jenis gangguan dan cara penanggulangannya menurut Hollingsworth dan Hoower dalam Maman Rachman (1999:213), yaitu :
1.   Gangguan Percakapan
Percakapan antar peserta didik yang mengancam disiplin perlu segera ditangani dengn cara guru menghampiti mreeka dan memotivasi mereka agar kembali mengerjakan tugs-tugasnya.  Atau guru dapat bertanya atau meminta murid mengajukan pertanyaan atau  enyuruh menyelesaikan tugas secara khusus kepada peserta didik yang bercakap tadi.
2.   Gangguan Melempar Catatan 
Gangguan melempar catatan muncul akibat adanya kebosanan atau ketidaktepatan belajar mengajar.  Mengambil langkah hati-hati dalam suasana seperti ini sangat penting. Tidak tepat bila guru membaca keras-keras catatan  itu.  Secara persuasif  menyatakan bahwa perbuatan itu akan merugikan diri murid sendiri, selain akan menganggu ketertiban kelas.
3.   Gangguan Kebebasan yang Berlebihan di Antara Murid
Bebas adalah naluri manusia, tetapi kebebasan yang berlebihan perlu dicegah jangan sampai berkembang merusak disiplin kelas.  Berdialog.
4.   Gangguan Permusuhan Diantara Peserta Didik atau Kelompok
Biacaralah dengan masing-masing pihak secara individual atau kelompok, berusaha mencari permusuhan ini dan cobalaha adakan perubahan baru.
5.   Gangguan Menyontek
Menyontek terjadi akibat dari keidaksiapan peserta didik atau materi yang melebihi batas.  Berilah motivasi dan kesempatan yang bijak dan tugas yang sesuai dengan kemampuan pesertan didik.
6.   Gangguan Pengaduan
Disiplin kelas kadang-kadang terganggu oleh adanya pengaduan di samping adanya laporan dari peserta didik.  Guru harus dapat  membdakan pengaduan dan laporan tentang sesuatu namun guru perlu berlaku bijaksana dan konsisten dalam dalam menjelaskan kedua hak tersebut.
7.   Gangguan Tabiat Marah
Guru segera menghampiri atau memindahkan peserta didik yang bertabiat maraj dan menjauhkan peserta didik lain.
8.   Gangguan Penolakan Permohonan Guru
Berdialog secara terus menerus dan mencari alternatif lain adalah salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru terhadap gangguan ini.
9.   Gangguan Perpindahan Situasi
Perpindahan situasi merupakan jenis lain dari gangguan disiplin kelas.  Oleh karena  itu perpindahan situasi harus diiringi oleh kesiapan akan alternatif dan inisiatif.
C.  Konsep Prestasi Belajar
1.   Pengertian Prestasi
Sebelum mengetahui pengertian prestasi belajar, maka perlu diketahui terlebih dahulu  pengetian prestasi.  Prestasi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang tinggi yang mungkin apat dicapai oleh seseorang atau individu sebagai akibat latihan-latihan atau belajar.
Dengan demikian seseorang dikatakan berpestasi apabila ia dapat mencapai  suatu hasil yang lebih baik dari pada cara-cara yang dilakukan sebelumnya.  Hal yang dapat dicapai dalam prestasi belajar adalah nilai budaya dan ilmu pengetahuan, keterampilan yang mempunyai perubahan dalam menghadapi masa sekarang dan masa yang akan datang.
Prestasi bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri, melainkan banyak faktor yang mempengaruhiya. Dalam kamus populer “prestasi belajar” adalah apa yang diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja“.  (Mas’ud Khasan Abdul Qahar, 1987 : 198).
Prestasi dalam Ensiklopedi adalah gejala pekerjaan yang berhasil.  Prestasi menunjukkan kecakapan tentang manusia dan bangsa (Adinegoro. 1981:298).
Sastrapraja (1982:390) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan)”.  Selanjutnya Yulius (1980:98) mengatakan prestasi beraal dari bahasa Belanda yang berarti kemampuan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang diperoleh melalui kerja keras dan penuh kesabaran.  Dengan kata lain prestasu adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.
2.   Pengertian Belajar
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan.  Proses  perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan  dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses pematangan.
Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku disebut proses belajar.  Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas.
Oleh karena itu konteks belajar diartikan tidak secara seragam, misalnya ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta.  Sejalan dengan itu, maka seseorang yang belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan.  Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika murid-murid telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala.
Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:9) mengatakan belajar adalah :
sebagai suatu perilaku.  Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.  Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.  Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : (1) kesempatan terjadinya persitiwa yang menimbulkan respons belajar, (2) respon si pebelajar, dan (3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.  Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.  Sebagai ilustrasi perilaku respons si pebelajar yang baik diberi teguran dan hukuman.


Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:10) menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang kompleks, di mana hasil  belajar berupa kapabilitas.  Timbulnya kapabilitas tersebut  dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.  Dengan demikian belajar dalam hal ini diartikan sebagai seperangkat kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru.

Sahabuddin (2003:86), mengatakan bahwa :
Belajar suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya. Dalam proses belajar murid diikutsertakan dalam pendidikan dirinya sendiri. Murid membutuhkan suatu pengertian yang jelas tentang apa yang sedang mereka pelajari ?, mengapa ia harus mempelajarinya ? dan bagaimana belajar itu terjadi ?


Dengan demikian belajar merupakan proses perubahan dari perkembangan manusia.  Dengan belajar manusia melakukan perubahan kualitatif  individu, sehingga tingkah laku bekembang.  Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah belajar.  Kita pun hidup dan bekerja bukan sekedar pengalaman, tetapi belajar adalah  suatu proses dan suatu hasil. Karena itu belajar  berlangsung secara aktif dan integratif (terpadu) dengan menggunakan bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan.
3.   Pengertian Prestasi Belajar
Setelah mengeathui pengertian prestasi dan belajar, maka berikut ini akan diuraikan pengertian prestasi belajar. Menurut pendapat Ambo Enre Abdullah (1979:2) adalah ;
Prestasi belajar adalah indikator kualitas dan pengetahuan yang dikuasai oleh anak. Tinggi rendahnya prestasi belajar dapat menjadi indikator sedikit banyaknya pengetahuan yang dikuasai murid dalam bidang studi atau kegiatan kurikulum tertentu.

Sedangkan menurut Saiful Bahri djamarah (2001:24) mengatakan bahwa ; prestasi belajar adalah ialah penilaian tentang kemampuan murid dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan, kecakapan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian.
Dari pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa prestasi belajar itu dicapai  setelah kita melakukan kegiatan belajar.  Hasil belajar tersebut merupakan kecakapan yang nyata yang dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Prestasi belajar murid adalah suatu kemampuan yang dicapai oleh murid dalam usaha memperoleh nilai dan angka pada tiap-tiap mata pelajaran yang mereka tempuh di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar